Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi
Dalam bukunya, Onong Uchjana (1990:9-11) menyatakan mengenai komunikasi bahwa :
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal dari kata latin “communicatio”, dan bersumber dari kata “communis” yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Jadi, apabila ada dua orang yang terlibat dalam komunikasi misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang di atas dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.
Akan tetapi, pengertian komunikasi di atas sifatnya dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, Lasswell mengatakan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu komunikator, pesan, media, komunikan, efek. Demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut Harold Lasswell yang mutlak harus ada dalam setiap prosesnya.
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari hati.
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikiran kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran yang disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari. Sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.
Model komunikasi seperti sender, encoding, message, media, decoding, receiver, response, feedback, dan noise menegaskan faktor-faktor kinci dalam komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikannya sasaran dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan memeperhitungkan bagaimana komunikan sasaran mengawasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai khalayak sasaran (Onong Uchjana,1990).
Onong Uchjana (1990:38-39) menyatakan bahwa ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu :
1. Daya tarik sumber
Komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan kata lain, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.
2. Kredibilitas sumber
Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikasi pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki oleh seorang komunikator. Seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia menerangkan soal kesehatan.
Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik, yaitu seorang komunikator dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain (kesibukan, marah, sedih, kecewa, sakit, dan sebagainya).
Schramm dalam Astrid (1971:42), menyatakan bahwa ilmu komunikasi terlalu banyak melihat segi komunikator saja, yang ingin mempengaruhi komunikan dan melupakan bahwa antara komunikan dan komunikator harus ada kepentingan bersama, harus ada interdependensi agar supaya komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan serasi. Suatu komunikasi tidak akan efektif apabila kepentingan bersama tidak ada.
Astrid (1988:51) mengatakan Dilihat dari segi komunikan, ada beberapa faktor yang akan menentukan apakah komunikasi akan berjalan terus atau berhenti. Kelangsungan komunikasi ditentukan juga oleh situasi komunikan, sebagaimana ia melihat diri dan melihat komunikator terhadap tujuan masing-masing. Bagi komunikan ada beberapa kemungkinan, yaitu apabila komunikan menganggap komunikasi akan merugikannya, ia berusaha agar manfaat akan lebih besar baginya dan apabila komunikan merasa komunikasi hanya dapat menghasilkan kerjasama dan bukan pertentangan, ia akan berusaha melanjutkan komunikasi.
Apabila komunikator dan komunikan, salah satunya berpendapat bahwa ia kurang diperhatikan, ia akan berusaha sekeras mungkin untuk memperoleh keuntungan. Demi komunikasi yang menghasilkan keuntungan, maka komunikator bersedia untuk menyesuaikan diri dengan sikap komunikan.
Berdasarkan buku yang ditulis oleh Onong Uchjana dan Astrid dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi adalah dari intern komunikator sendiri (perasaan, bahan pesan, cara penyampaian, adaptasi, empati), dari intern komunikan sendiri (keadaan, daya tangkap), dan dari kedua pihak yang berkomunikasi (kesamaan makna, kepentingan bersama).
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Dan Teori Praktek. PT Remaja Rosdakarya. Bandung
Astrid. 1988. Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. Binacipta.